Juara tunggal putra dan tunggal putri ajang “Garuda Indonesia Tennis Masters” akhirnya direngkuh oleh Christopher Rungkat petenis dari DKI Jakarta dan Lavinia Tananta petenis asal Jawa Tengah.
Puncak dari rangkaian lima seri bertajuk “Garuda Indonesia Tennis Series” ini menyediakan hadiah total sebesar Rp 500 juta dan berkat rekor tak pernah kalah sekalipun yang dibukukan oleh Christo dan Lavinia sejak di penyisihan grup hingga final, mereka berduapun masing-masing mengantungi Rp 80 juta sebagai juara ditambah bonus Rp 20 juta karena tak pernah kalah. Disamping itu mereka berdua mendapat tiket gratis “Garuda Indonesia” rute Jakarta ke Bali pulang pergi disertai akomodasi menginap gratis di Hotel Sanur Beach selama 2 malam dan 3 hari.
Sebagai unggulan utama Ayu amat dijagokan akan keluar sebagai juara, meskipun Lavinia juga dianggap punya kans menjadi juara juga tetapi persentasinya masih sekitar 20 persen di bawah Ayu. Demikianlah perkiraan dari kebanyakan penggila tenis yang penulis mintai pendapatnya usai partai semi-final tunggal putri hari Sabtu lalu. Penulis sendiri secara pribadi sangat memfavoritkan Lavinia akan keluar sebagai pemenang partai final bergengsi itu atas dasar pengamatan penulis selama Lavinia berlaga di penyisihan grup hingga semi-final. Lavinia terlihat solid dari sisi daya serang, servis, keteguhan mental serta ketangguhan fisik. Sedangkan Ayu secara konsistensi permainan menunjukkan grafik yang menurun terutama saat dipaksa bermain 3 set oleh Grace Sari Ysidora pada babak semi-final. Ditambah data yang tak terbantahkan selama tahun 2008 ini, Lavinia unggul 2-1 atas Ayu dari catatan pertemuan pertandingan tingkat internasional. Terakhir kali Lavinia mengempaskan Ayu 6-1, 6-4 di final turnamen berhadiah total 10 ribu dolar AS yang berlangsung di Manila, Filipina pada tanggal 16 November lalu.
Itulah yang terjadi dengan Ayu di final kemarin saat melawan Lavinia, ia tampil tidak dalam permainan terbaiknya bahkan sebaliknya Lavinia tampil dengan baik sekali. Kemampuan pukulan forehand dan backhand yang setara, servis yang baik dan konsisten ditambah dengan mental yang kuat tentu saja menjadi keunggulan Lavinia dibandingkan dengan Ayu selama laga puncak tunggal putri. Sedangkan Ayu yang memang mempunyai forehand yang arahnya sering tak terduga serta kepekaan yang tinggi dalam mengantisipasi permainan lawan, terlihat kurang solid dalam mengeksekusi servis, cukup banyak membuat kesalahan sendiri, cenderung kurang tangguh mentalnya serta beberapa kali terkesan kurang fokus. Kentara sekali Lavinia cukup sering mengarahkan pukulannya ke sisi backhand Ayu, karena memang backhand petenis kelahiran Bali ini tidaklah membahayakan. Apalagi pukulan-pukulan Lavinia yang datar disertai tempo yang kadang dipercepat memang seringkali menyulitkan Ayu untuk mengembalikan dengan sempurna. Lavinia sukses menang atas Ayu dengan 6-4, 7-5.
Di final tunggal putra, aksi tarung unggulan utama Christopher Rungkat melawan unggulan delapan Nesa Arta berlangsung kurang menarik karena memang tidak berimbang. Christo benar-benar mengendalikan permainan di sepanjang pertandingan. Dengan mudahnya Christo mempecundangi Nesa dengan 6-2, 6-0.
Gelar ganda putri direbut oleh unggulan utama Ayu/Liza Andriyani setelah menundukkan unggulan empat Grace Sari Ysidora/Septi Mende dengan 6-1, 6-4. Nyata terlihat bahwa duet Ayu/Liza unggul pengalaman bermain bersama dibanding pasangan Grace/Septi yang merupakan kombinasi yunior dan senior serta baru beberapa kali tandem. Juara ganda putra diraih oleh unggulan tujuh Christo/Andrian Raturandang yang mengalahkan unggulan utama Hendri Susilo Pramono/Nesa 6-4, 7-5.